Rabu, 23 Februari 2011

Kecoa: Binatang menjijikkan yang (juga) bermanfaat

RUBRIK: Serangga di Sekitar Kita

Kecoa mungkin menjadi salah satu serangga yang paling banyak berhubungan dengan manusia. Anda tentunya amat sering bertemu dengan binatang ini di rumah bukan? Hati-hati lho, jika kecoa suka keluyuran di dalam rumah, karena itu pertanda bahwa rumah Anda kotor. Oya? Ya, kecoa adalah serangga perombak bahan organik, dan amat menyukai bahan-bahan yang berbau tajam (mungkin juga busuk atau sedang mengalami proses pembusukan).
Ciri kecoa amat khas: bertubuh pipih, kepala "nyungsep" di bawah pronotumnya yang melebar, berwarna coklat, antenanya panjang, dan kakinya ditumbuhi duri-duri. Pernah dihinggapi kecoa? Bagaimana rasanya? Dijamin, Anda pasti bergidik....jijik sekaligus geli.
Jumlah spesies kecoa cukup beragam: hingga kini tercatat lebih dari 4.500 spesies kecoa telah diidentifikasi. Kecoa yang digolongkan ke dalam ordo Blattaria ini dapat dibagi menjadi lima famili, yaitu Cryptocercidae, Blattidae, Blatellidae, Blaberidae, dan Polyphagidae.
Kecoa adalah serangga yang bermetamorfosis secara sederhana, yaitu akan melewati tahap hidup telur, nimfa (kecoa muda yang mirip dengan induknya, kecuali sayapnya belum berkembang), kemudian menjadi kecoa dewasa. Kecoa betina membawa sekumpulan telur di dalam sebuah kantung telur (ootheca) yang digendongnya di ujung abdomennya. Kemampuan reproduksi kecoa cukup tinggi. Spesies Periplaneta americana misalnya, sanggup bertelur sebanyak kurang lebih 700 butir per tahun.
Seperti lazimnya organisme pemakan bahan organik, kecoa membutuhkan organisme simbion berupa bakteroid yang hidup nyaman di mycetocytes di dalam jaringan lemak tubuh, dan mereka terikat saling menguntungkan (simbiosis mutualistik). Bakteroid ini memperoleh perlindungan di dalam tubuh kecoa, sedangkan bakteroid menyediakan vitamin yang dibutuhkan oleh kecoa. Contoh endosimbion kecoa adalah Blattabacterium yang menghuni Badan Lemak kecoa genus Cryptocercus.
Bagi manusia, kecoa adalah serangga yang berbahaya. Beberapa spesies kecoa diketahui menularkan penyakit pada manusia. Misalnya, kecoa Jerman (Blatella germanica) dan kecoa Asia (B. asahinai) dapat menularkan patogen Toxoplasma gondii yang dapat menular melalui hewan ternak/ peliharaan. Di samping itu, kecoa juga membawa Salmonella dan E.coli yang menjadi pencemar makanan yang menyebabkan keracunan makanan dan diare.
Pengendalian kecoa gampang-gampang susah, karena beberapa penelitian telah menunjukkan gejala perkembangan resistensi pada beberapa spesies setelah disemprot dengan pestisida. Artinya, kemampuan adaptasinya terhadap tekanan lingkungan cukup baik. Salah satu strategi termudah adalah menjaga lingkungan rumah tetap bersih dan juga kering, karena kelembaban udara juga menjadi pemikat kecoa untuk singgah. Daun salam, potongan jeruk lemon atau mentimun, dan lumatan bawang putih diketahui mampu mengusir kecoa. Silakan dicoba, meskipun.....berhasil atau tidak, silakan ditanggung sendiri yah.....
Tetapi, bagaimanapun juga, beberapa spesies kecoa mempunyai beberapa fungsi yang secara ekologis menguntungkan. P. americana adalah perombak bahan organik. Kita bisa membayangkan jika kotoran manusia, sisa-sisa nasi dan sayur, kayu-kayu busuk, dan semacamnya tidak segera dihancurkan, lantas apakah bumi kita sanggup menampun "sampah" yang sedemikian banyak itu? Nah, sekarang, kita melihat mereka dari sisi mana?

Regard,
Nugroho Susetya Putra
(Majalah SERANGGA volume 1 nomor 1 Tahun 1, November 2010)

Periplaneta americana
(Sumber: www.dirtdoctor.com)

Senin, 21 Februari 2011

Mengapa serangga sanggup bertahan di alam?

RUBRIK: Forum


Pernahkah Anda menepuk mati seekor nyamuk? Atau memijit mati seekor semut? Atau memukul kecoa dengan sandal sampai mati? Terpikirkah oleh Anda bahwa mereka amat mudah dimatikan, lemah dan terkesan tak berdaya. Nah bandingkan dengan dinosaurus. Pernah menonton The Jurrasic Park? Apa kesan Anda terhadap binatang-binatang nan mengerikan itu? Kuat, tangguh, cepat, buas? Apalagi? Nah, kira-kira, lebih kuat mana, serangga atau dinosaurus?

Mari kita lihat fakta berikut. Dinosaurus diperkirakan mulai muncul pada Zaman Trias (kira-kira 280 – 250 juta tahun yang lalu/jtl)  dan diperkirakan punah pada Zaman Kapur (kira-kira 200 – 140 jtl). Belum diketahui pasti penyebab punahnya raksasa-raksasa ini, tetapi kemungkinan akibat perubahan iklim global yang menyebabkan perubahan komposisi tumbuhan pakan dinosaurus herbivora. Ketiadaan dinosaurus herbivora menyebabkan dinosaurus karnivora tak beroleh pakan dan akhirnya mati. Sementara itu, serangga diperkirakan sudah muncul pada Zaman Devon (Periode Karbon, kira-kira 400-an jtl), dan masih ada hingga kini, meski tak dipungkiri banyak pula spesies yang sudah mulai punah.

Nah, kira-kira, menurut Anda, lebih kuat mana: dinosaurus atau serangga?

Beberapa kelebihan yang diberikan Tuhan kepada serangga hingga mereka mampu bertahan hidup di antaranya adalah:

(1)   Tubuh yang kecil dan ringan. Dengan bekal ini, mereka hanya membutuhkan sedikit pakan dan memudahkan perpindahan/ pergerakan, misalnya dengan menggunakan sayap.
(2)   Mempunyai kerangka luar yang bersifat ringan, kuat, tahan air, namun luwes.
(3)  Mempunyai sayap, meskipun beberapa di antara mereka tak bersayap.
(4)  Kemampuan reproduksi yang tinggi dan siklus hidup pendek. Beberapa contoh serangga, misalnya kutu afid malah tidak membutuhkan serangga jantan untuk beranak-pinak (partenogenesis). Kemampuan ini juga menjadikan serangga mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan yang terjelek sekalipun. Kasus ketahanan serangga terhadap pestisida adalah salah satu bentuk adaptasi serangga yang terkenal.

Itulah beberapa bekal serangga yang mengantarkan mereka menjadi organisme yang paling dominan dan paling kuat hingga kini. Ada cerita tentang serangga yang menjadi organisme terkuat di dunia hingga saat ini, namanya kumbang Onthophagus taurus yang telah dicatat mampu menarik beban yang bobotnya kira-kira 1.141 kali bobot tubuhnya, atau kira-kira sama dengan manusia dewasa yang menarik enam bis bertingkat yang penuh terisi penumpang (silakan tilik di http://www.guardian.co.uk/environment/2010/mar/24/dung-beetles). Hebat bukan? Nah masih mau menganggap serangga organisme yang lemah?
(Majalah SERANGGA volume 1 nomor 1 Tahun 1, November 2010) 

Koloni kutu afid dan semut Anoplolepis sebagai simbion

Minggu, 20 Februari 2011

Majalah SERANGGA edisi November dan Januari 2011 sudah terbit!

Edisi Januari 2011

Di tengah kesulitan kami untuk membagi waktu, kami memberanikan diri untuk menerbitkan edisi kedua Majalah SERANGGA bulan Januari 2011, meskipun seperti halnya edisi yang pertama, mundur dari jadwal semula. Tema dari majalah edisi Januari 2011 ini adalah: Pentingnya tumbuhan bagi serangga. Menu selengkapnya adalah :

  1. Forum: Hubungan mesra antara serangga dan tumbuhan
  2. Bedah serangga: Mengenal alat mulut serangga
  3. Serangga di sekitar kita: Kutu busuk, Ngengat Cactoblastis cactorum, dan Tirip
  4. Yang unik pada serangga: Rumah rayap dan Migrasi semut Eciton
  5. Teknologi pengendalian: Cara mengusir kutu afid dan mengurangi gangguan semut
  6. Kajian: Nitrogen mempengaruhi kesukaan serangga herbivora pada tanaman
  7. Entomopedia: Trophallaxis dan Phytotelmata
  8. Yuk mempelajari serangga: Koleksi serangga bagian 2.

Pada edisi Januari ini, kami juga memberikan kesempatan kepada adik-adik sekolah untuk mengikuti kuis-kuis. Selanjutnya, silakan simak di majalahnya ya. Oya, cuplikan masing-masing edisi dapat dilihat di blog Ilmu Serangga


Regard,
NSP
Edisi perdana (November 2010)

Welcome to our community


Selamat datang pembaca Yang Terhormat,

Majalah SERANGGA versi online akhirnya kami putuskan untuk dirilis, karena kami tidak ingin calon pembaca kehilangan waktu untuk "mengintip" tulisan-tulisan kami di Majalah SERANGGA versi cetak. Oleh karena itu, kami menampilkan cuplikan artikel-artikel yang kami publikasikan di Majalah SERANGGA versi cetak.

Pembaca Yang Terhormat,
Serangga agaknya merupakan salah satu organisme yang paling banyak berhubungan dengan manusia, dan juga merupakan komponen di dalam rantai makanan yang jumlah spesies maupun kemelimpahannya paling tinggi. Oleh karena itu, para ahli menduga bahwa peranan serangga sangat nyata di alam. Dan memang kemudian terbukti, bahwa serangga dapat kita temui sebagai pemakan tumbuhan atau herbivora (termasuk sebagai pemakan serbuk sari dan nektar), penyerbuk, predator, parasitoid, pemakan bahan organik (termasuk bangkai), dan sebagainya.
Oleh karena itu, kami tertarik untuk memfasilitasi upaya saling berbagi ini dengan menerbitkan majalah SERANGGA yang pada dasarnya adalah sebuah majalah komunitas para pemerhati serangga. Pengalaman berhubungan dengan serangga yang bisa jadi menarik, mengesankan, atau bahkan mengerikan dari masing-masing kita agaknya menarik untuk dibagikan. Itulah sebabnya, kami juga mengusung jargon "berbagi untuk mencerahkan" yang mengandung arti bahwa pengalaman kita yang dibagi kepada orang lain akan melahirkan sebuah "pencerahan" atau pengetahuan baru bagi orang lain. Dengan demikian, pemahaman kita terhadap serangga menjadi semakin lengkap.
Kami juga mengundang para pembaca untuk berpartisipasi pada majalah ini dengan mengirimkan tulisan, foto, gambar atau coretan, ide, kritik, bahkan hanya sekedar "say hello" untuk menambah semangat kami dalam mengelola majalah ini. Kami sadar, bahwa pengetahuan kami amatlah terbatas, sehingga bantuan dan dorongan dari para pembaca ibarat bahan bakar yang akan senantiasa menerangi jalan kami dalam menemukan butir-butir emas pengetahuan dan mengemasnya dalam bentuk majalah yang dapat dibaca dan dinikmati dengan nyaman.
Akhirnya, hanya doa yang kami senantiasa panjatkan, agar perjuangan kami ini mendapat kemudahan dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga majalah ini dapat memberikan suasana belajar baru di dunia pendidikan di Indonesia.


Regard,
Nugroho S. Putra
Founder Majalah SERANGGA
Facebook: Majalah Serangga; http://ilmuserangga.wordpress.com
Alamat redaksi:
Jl. Kaliurang km 6,7 G-29 Sono, Sinduadi, Mlati, Sleman Yogyakarta
55284